Rabu, 07 Februari 2018

Cerpen


KISAH 
PEMUDA SARJANA
PENGGERAK PEMBANGUNAN PEDESAAN 
DI PULAU SERAM AMBON
Oleh
Hendra Gunawan, MA 
  
    Pulau Seram, menurut sejarah berawal dari perjalanan para kolonial Belanda yang hendak mecari ujung gunung Binaiya, tetapi selama berhari-hari mereka tidak kunjung menemukan ujungnya dan banyak hal-hal aneh yang mereka temukan. Beranjak dari pristiwa-pristiwa tersebut, maka mereka pun menamakannya pulau Seram. Namun, oleh masyarakat menamai pulau Seram dengan Nusaina atau pulau ibu sedangkan pulau Ambon dinamai Nusa Ama atau pulau ayah. Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) cukup jauh dari kota Ambon, sebab secara geografis pulau Seram terletak di sebelah Utara pulau Ambon. Kabupaten Seram Bagian Barat, merupakan kabupaten yang muda dan daratan terbesar di provinsi Maluku yang baru mekar pada tanggal 18 Desember 2003 menjadi kabupaten Seram Bagian Barat yang berpusat di Piru, dengan luas wilayah ± 84.181 km2, populasi ± 180.256 jiwa dengan kepadatan ± 33.000 jiwa/ km2 yang terdiri dari sekitar 92.187 jiwa laki-laki dan sekitar 88.069 jiwa perempuan. Komposisi penduduknya, lebih kurang 81% beragama Kristen Protestan, sekitar 9% Kristen Katolik, sekitar 8% Islam, dan sebanyak 2% beragama lainnya. 

Perjanan Menuju Pulau Seram Bagian Barat
    Bulan Agustus 2013, peserta Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan (PSP-3) mewakili provinsi Sumatera Utara diberangkatkan ke Ambon, oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Sumatera Utara (Disporasu) guna menjalankan tugas dari Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora).
     Dari bandara Kualanamu International Airport Medan naik maskapai Lion Air terbang ke bandara Soekarno-Hatta International Airport Jakarta, selama 2 minggu mengikuti pelatihan pratugas di Rindam Jaya Jayakarta. Kemudian berangkat tengah malam, dari bandara Soekarno-Hatta International Airport Jakarta naik maskapai Garuda menuju Ambon, setelah berselang waktu kira-kira tiga jam tiba di bandara Pattimura International Airport Ambon pagi hari, sebelumnya sempat transit di bandara Sultan Hanuddin Internasonal Airport Makassar. Dari Ambon menuju pulau Seram, bisa menyeberang atau lewat laut dengan menumpangi kapal Ferry ASDP dari pelabuhan Liang di desa Tulehu menuju pelabuhan Waipirit nama salah satu pelabuhan di pulau Seram. Setelah melewati jalan laut kira-kira 2 jam, kapal pun bersandar di dermaga Waipirit kemudian semua penumpang dan kendaraan keluar dari kapal lalu melaju ke jalan raya menuju kota Piru. Di sepanjang jalan yang berkelok-kelok disuguhi pemandangan sabana, bukit, dan laut nan indah sekitar 1 jam setengah tiba di kota Piru. Setelah mendapat sambutan dan arahan dari pak camat Seram Barat di kota Piru, perjalanan pun dilanjutkan menuju gunung Malintang jalannya sepi, lebar, mulus, dikelilingi hutan rimbun, hamparan rumput, semak hijau, dan kadang-kadang masih tampak teluk Piru yang indah. Sempat puas selfie, kemudian lanjut meluncur dari gunung Malintang menuju lokasi penempatan. 
    Akhirnya sampai di lokasi tugas, tepatnya di dusun Pelita Jaya desa Eti kecamatan Seram Barat kabupaten Seram Bagian Barat provinsi Maluku, sebuah daerah transmigrasi dimana mayoritas penduduknya berasal dari Sulawesi Tenggara yang telah bermukim sejak dulu kala dikenal dengan sebutan orang ambon berdarah buton pada umumnya bekerja sebagai nelayan. Setelah melalui perjalanan yang cukup jauh, kami pun disambut kepala dusun dengan sajikan ikan Bubara bakar yang sungguh enak karena dimasak saat masih fresh (segar) mengingat dusun Pelita Jaya berada di pesisir pantai pulau Seram.

Bayangan yang Tidak Sesuai dengan Kenyataan
    Persepsi saya yang beranggapan orang Maluku keras dan seram, telah membawa saya ke pulau Seram Maluku untuk menjawab anggapan itu. Ternyata pulau Seram, meski pun dinamai seram tetapi tidak menyeramkan bak tari Cakalele khas Maluku yang menggambarkan perang yang diperankan para pria sambil memegang parang dan perisai, tidak begitu menyeramkan tetapi memberikan nilai seni yang cukup mempesona, Begitu juga, pulau Seram tidak sama sekali menampakkan keseraman melainkan menawarkan berbagai keindahan dapat ditemui di sini. Tepatnya, terjebak nikmat sebab dusun Pelita Jaya merupakan kawasan perikanan dan memiliki sumberdaya laut yang melimpah, sehingga makanan laut baik ikan segar maupun seafood dapat dinikmati sepuasnya di pulau ini, dengan memancing sendiri atau dapat juga membeli dari masyarakatnya yang ramahtamah dengan harga yang pantastis murah.
    Selain itu, dusun Pelita Jaya bertetanggaan dengan dusun Pulau Osi yang memilki area wisatawan untuk menyaksikan sunset, dan hanya 15 menit dari Pulau Osi sudah bisa berenang cantik di air laut hijau kebiru-biruan pulau Marsegu, yang tidak berpenghuni membuat pasir pantainya putih dan bersih. Begitu juga keindahan bawah lautnya, mulai keindahan terumbu karang yang beraneka warna sampai berbagai corak kehidupan ikan karang yang beraneka ragam bentuknya menjadi favorit para penyelam untuk snorkeling di sana. Saat hati rindukan kampung halaman, terkadang sering membuat semangat lowded (berkurang), maka tempat inilah menjadi pilihan untuk mengobati kerinduan dan mencharger semangat supaya bersinergi kembali dalam menjalankan tugas dari negara.

Bekerja dengan Swadaya Masyarakat
   Start awal, membentuk organisasi Ikatan Remaja Masjid Al-Ukhwah (IRMU) Pelita Jaya, sebagai wadah pembangunan moral generasi-generasi muda bangsa mengingat aroma minuman keras yang cukup mengental di masyarakat. Alhamdulillah, Ikatan Remaja Masjid Al-Ukhwah Pelita Jaya telah berhasil menyelenggarakan berbagai event-event keagamaan mulai perayaan isra’ mi’raj nabi Muhammad SAW, peringatan maulid nabi Muhammad SAW, pesantren kilat Ramadhan, syiar Ramadhan, lomba azan, lomba busana muslim, buka puasa bersama satu kampung, tablik akbar, halal bil halal, perayaan tahun baru Hijriyah, dan lain-lain. Lalu mendirikan sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) IRMU Pelita Jaya, sebagai wadah membantu pemerintah dalam mewujudkan tujuan Undang-Undang Dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan membekali para peserta didik berbagai keterampilan mulai mengenal huruf, angka, dan mengenal serta keterampilan menghafal surat-surat pendek, doa-doa pendek, dan praktek shalat sampai membiasakan berprilaku cinta sesama. Alhamdulillah, pada bulan Maret sekolah PAUD IRMU Pelita Jaya telah berhasil menyelenggarakan wisuda perdana dan pertama kali ada di dusun Pelita Jaya yang di hadiri langsung kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga kabupaten Seram Bagian Barat beliau juga turut serta memindahkan tali toga para wisudawan. Selanjutnya mendirikan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) IRMU Pelita Jaya, sebagai wadah membimbing anak-anak bangsa secara intensif pada malam hari agar menjadi manusia yang berpengetahuan bidang keagamaan dan berakhlakul karima.
     Disamping bertugas sebagai fasilitator, juga selalu mendampingi masyarakat dalam menyusun sampai mengajukan profosal ke instansi-instansi pemerintah mulai Kemenag, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Dinas Pertanian, Dinas Kesejahteraan Rakyat, dan Dinas Perdagangan sampai ke Dinas Perikanan, baik di tingkat kabupaten hingga tingkat provinsi. Alhamdulillah, berbagai bantuan dari instansi pemerintah mendarat di dusun Pelita Jaya mulai bantuan bibit dari Dinas Pertanian kepada kelompok tani sampai kepada insentif kepada guru ngaji yang sudah lama mengajar dengan ikhlas lillahi ta’ala serta bantuan lain-lainnya dari berbagai instansi. Dan selalu berkontribusi pada setiap kegiatan masyarakat seperti gotong royong, dan lain-lain. Bahkan dengan kegiatan-kegiatan mahasiswa Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dari berbagai kampus, mulai Institut Agama Islam Negeri Ambon, Universitas Darussalam, Universitas Pattimura, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pasapua Ambon, dan mahasiswa koas fakultas kedokteran Universitas Pattimura.

Prestasi yang Membanggakan
    Bermula ketika saya melihat, kebanyakan muda-mudi yang nongkrong di teras rumah tanpa arti membuat saya sulit tidur memikirkannya, saya pun mulai berfikir bagaimana agar nongkrong tersebut bermanfaat. Akhirnya, saya menceritakan ide yang sedang mengantui itu, lalu sosok pemuda gagah pun memberikan masukkan untuk memanfaatkan potensi laut yaitu budidaya ikan model kramba rumah dan apung. Dengan segera, kami merekrut pemuda-pemudi setempat yang mau bergabung sampai akhirnya berjumlah 6 orang, terdiri 2 nyong ambon sebutan untuk pemuda setempat dan 4 nona ambon sebutan untuk pemudi setempat. Alhamdulillah, Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP) Pelita Jaya pun berdiri meskipun baru bermodalkan semangat kemudian memulainya membangun bersama-sama tanpa menggunakan tukang atau pekerja. Saya pun turun langsung ikut serta setiap eventnya mulai mengambil kayu, penanaman tiang pertama, sampai berdiri kokoh. Saya sangat senang, akhirnya bisa nongkrong di dalam rumah kramba sambil membakar ikan dengan tema prosfek ke depan memajukan kramba milik bersama tersebut.
   
Tidak hanya sampai di sini, ternyata kebahagiaan itu pun menjelma menjadi sebuah kebanggaan saat KUPP Pelita Jaya mulai berdinamika, mencoba mensiasati aktivitas perekonomian masyarakat setempat yang rentan terhadap instabilitas harga ikan laut yang selalu menerpa masya-rakat, dimana pada waktu tertentu harganya anjlok sangat rendah apabila di-bandingkan dengan kerja keras para nelayan yang mempertaruhkan nyawa mereka. Menyikapi hal tersebut, kami sempat menekuni usaha bidang pengelolaan ikan laut guna mensetabilkan har-ga ikan laut, walhasil kami me-mproduksi Stik Ikan KUPP Pelita Jaya dan Ikan Asin KUPP Pelita Jaya. Alhamdulillah, atas se-mangat, kekompakkan, kerja keras kelompok berhasil memproleh juara I sebagai Kelompok Usaha Pemuda Produktif Terbaik di kabupaten Seram Bagian Barat dan juara II sebagai Kelompok Usaha Pemuda Produktif Terbaik di provinsi Maluku.

Menemukan Budaya Inspiratif
    Meneropongi kilas budaya setempat, ada beberapa tradisi yang sangat menginspirasi mulai kebiasaan masyarakat yang selalu mengundang makan dan minum ke rumah sebagai persahabatan. Bahkan, hampir setiap pagi selalu kedatangan tamu membawa teh manis dan kue. Maka tidak heran, penyambutan mahasiswa Praktek Kuliah Lapangan (PKL) sangat disambut dengan baik, berbeda dengan daerah lain sebab di sini masyarakat yang mememinta langsung kepada kepala dusun satu dari mahasiswa dijadikan anak pihara (anak angkat). Jadi di dusun ini, mahasiswa PKL tidak repot mencari rumah kontrakan, makan, dan minum semua disubsidi masyarakat setempat secara gratis. 
    Selain keramahtamahan masyarakat, kekompakkan dan kepedulian masyarakat pun sungguh tidak dapat diragukan lagi, hampir semua fasilitas-fasilitas publik berdiri berkat semangat gotong royong masyarakat setempat. Dan begitu juga, tradisi Persahabatan antar kampung yang merupakan agenda rutin setiap kampung untuk mengikat antar kampung meskipun direntangi laut atau pulau sekalipun, untuk saling menghubungkan silaturrahim (mengunjungi) dan membantu satu sama lain.

Cendera Mata dari Pulau Seram
    Mendapat tambahan gelar la, panggilan kepada seorang pria suku Button yang diletakkan sebelum nama semacam marga di Sumatera Utara namun gelar ini diletakkan di depan nama. Selain gelar itu, yang paling menyenangkan lagi dan cukup mengundang air mata saat menghadiri undangan lepas pisah PSP-3 dengan masyarakat dusun Pelita Jaya, yang digagas langsung oleh masyarakat setempat sebuah kejutan yang sungguh sangat mengundang air mata. Seketika itu, rasa gembira pulang ke kampung halaman sejenak terhenti berubah menjadi kesedihan.
    Air mata pun, tidak terbendung saat menerima jam tangan dan cincin emas sebagai cendra mata dari dusun Pelita Jaya yang sangat berharga buat saya, sampai di pagi hari menjelang pemberangkatan masyarakat trus berdatangan membawa kue-kue, ikan asar, ikan, asin, dan amplop katanya untuk bekal di jalan, oleh-oleh ke kampung, dan tambahan ongkos yang kemudian saya pun melangkah diiringi dengan doa musafir dari bapak imam (tokoh masyarakat) menuju pulau Sumatera, sungguh mengaruhkan membuat air mata pun tidak terbendung saat meninggalkan bumi saka mese nusa. 

Penutup
    Setelah sampai di Pelabuhan Tanjung Periuk Jakarta, barulah tersadar ternyata begitu panjang jalan yang sudah saya jalani dan merasa pertualangan di pulau Seram selama 2 tahun bagaikan mimpi yang indah yang tidak akan terlupakan. Kegembiraan pulang kampung yang sempat hilang, tiba-tiba muncul kembali apalagi saat kapal yang mengangkut bus yang saya tumpangi bersandar di pelabuhan Bakauheni Lampung. Akhirnya, saya bisa ketawa kecil mengingat kenangan-kenangan di pulau Seram yang sudah menjadi pengalaman berharga buat diceritakan kepada anak cucu nantinya. Suatu kebanggaan tersendiri, bisa mengabdi bumi saka mese nusa.
    Terima kasih kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Maluku, Tim Asistensi PSP-3 Provinsi Maluku, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Seram Bagian Barat, Camat Seram Barat, dan Masyarakat Dusun Pelita Jaya.

*Penulis. Hendra Gunawan, MA
Purna PSP-3 Angkatan XXIII Tahun 2013 Sumatera Utara – Maluku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerpen

KISAH   PEMUDA SARJANA PENGGERAK PEMBANGUNAN PEDESAAN   DI PULAU SERAM AMBON Oleh Hendra Gunawan, MA           P ulau ...